April Memilukan


April Memilukan
Hai,
Kamu apa kabar ?
Aku baik, aku harap kamu juga
Aku lagi di Ciliwung, bermain, memulung dan melihat kawanku bernyanyi
Jika kamu disini, kamu pasti dapat merasakan betapa ramah dan damainya Ciliwung Walau kadang-kadang dia juga murung, murka lalu melukai.
kita juga begitu kan ?
Kini aku tinggal di tepinya
Aku hidup dengannya
Aku merasakan alirannya membawa cinta, kasih, harapan, dan kebencian.
Tapi, aku rasa bukan hanya itu,  
Dia tidak hanya membawa, tapi menyimpan dan menjadi saksi sejarah Kota Hujan,
Kota yang isinya penuh sesak dengan warisan perjuangan, perlawanan, pemerasan atau rumah yang aman dan tentram untuk kita. Mungkin.
Dan aku rasa manusianya berasal dari abad ke lima.
Manusia sisa Kerajaan Hindu Tarumanegara yang masih bertahan dan beradaptasi dari perpecahan kerajaan.
Mungkin, sebagian lagi dari Kerajaan Sunda Padjajaran, karena tutur bahasa dan kesukuan orang-orang ini mengaku dirinya Sunda.
Padjajaran, kerajaan itu kini jadi nama jalan utama terpanjang di kota yang langitnya selalu murung dan sering menangis. Jalan Padjajaran.
Kamu tengoklah sesekali.

Aku ingin bercerita tentang April kepadamu
Baiknya aku mulai darimana,
Katakanlah,
Aku juga mau berbagi catatan,
Bacalah,
Apakah dari akhir, awal, tengah atau seperti apa
Jawablah,
Dengarlah aku akan memulainya,

Akhir April,
Nampaknya Ciliwung bosan bersikap ramah
Iya, kadang aku juga merasa begitu
Tak melulu setiap saat harus bersikap ramah dan baik kan ?
Itu membosankan
Itu munafik
Itu menjengkelkan
butuh marah, butuh menangis, butuh tertawa, butuh memberontak sesekali.
Iyakan?
Tapi yang penting jujur. Titik tak pakai koma.  
Kamu tahu, sejarah tak lahir dari keramahan, tapi pemberontakan dan perlawanan.
Keramahan hanya diingat saat kamu bersenang, dia tak akan ditulis dalam sejarah.
Mungkin ditulis tapi hanya beberapa baris kata
“orang Indonesia terkenal dengan keramahannya”.Titik.

Ciliwung meluap, menumpahkan segala kemarahannya
Ia meronta dan memberontak
Ibukota kebanjiran, daerah hilir tengelam.
“seminggu ini tidak ada hujan di Jakarta, banjir ini kiriman dari daerah hulu”
Bapak mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengomel karena diprotes warganya, dia di cap gagal mengatasi banjir Ibu Kota.
Idenya hanya menanam beton, tak ada ide menanam pohon.
Beton tak butuh air, ia membatasi, pohon makhluk hidup, ia butuh air.
Tapi ah, aku rasa dia tak berfikir sampai kesana.
Dia lupa jika lahirnya peradaban manusia Indonesia bermula dan berbasis sungai
Dia hanya berfikir bagiamana mengendalikan air dengan membatasinya, membendung dan membuang. Bukan membuatnya mengalir.
Pak Gubernur, kau saja tak suka dibatasi, apalagi dibuang.
Pilihlah cara yang lebih adil untuk Ciliwung
Sesekali bercakaplah dengan dia
Atau bercakaplah sesama kita, yang telah hidup dari Ciliwung

Kamu masih disitu kan?
Dengan secangkir teh hangat dan kue cucur,
Ditemani sepoi angin sore, yang membelai lembut jambul era 80an mu
Baiklah akan aku teruskan,

April,
Yang menunggu akhirnya bertemu
Yang mencari akhirnya menemukan
Yang diam akhirnya bersuara
Yang bingung akhirnya memilih
Yang berteori akhirnya membuktikan
Yang kuat akhirnya runtuh
Begitulah waktu mengaturnya,
Tenang, dia tak seserius itu
Dia pandai sekali bercanda
Tapi kamu tahukan kehidupan tak sebercanda itu

Hidup Paus Sperma tak sebercanda yang kamu bayangkan,
Setiap bulan aku disuguhi kabar duka tentangnya, Mamalia terbesar di muka bumi itu mati karena menelan sampah plastik.
Ia mati dan terdampar di pulau Sardinia dengan 22 kilo sampah plastik ditubuhnya
Dan Ia dalam keadaan mengandung.
Populasinya terancam punah. Itu yang benar-benar sialan.
Air mataku menetes menulis ini.
Hari kedua April yang menyedihkan.
Cukuplah kemaren kita puas berbohong, menipu dan mencaci
Karena kemarin bebas dosa. April mop.
Tapi sungguh, kematian bukanlah lelucon.

April adalah bulan kematian.
Bulan dengan lima minggu yang penuh duka
Walau beberapa orang beruntung dan berbahagia
Bagaimana denganmu ?
Apakah sama dengan ku,
Janganlah,
Kamu pasti punya cerita untuk ku
Telah ku katakan kepadamu,
Pada April yang panjang ini, yang bingung akhirnya memilih
Paus tak memilih mati, dia dipaksa mati.
Dia dibunuh. Kita yang membunuhnya.

Hari kelima April, Sexy killers di rilis
Film dokumenter 88 menit itu bercerita tentang kampung ku,
Tentang mematikannya batubara
Kotornya pemimpin negeri ini
Busuknya politik yang menguasai Nusantara
Jahatnya penguasa bumi pertiwi
Terkutuknya mereka yang berlindung dibalik kedok negara
Lebih dari 20 juta orang telah menontonnya
Mereka yang telah menonton, kini mencaci dimana-mana
Khusunya cacian terbanyak diterima bapak mantan jendral yang kepalanya wajib ditabok telur sejuta biji
Pak Menteri urusan segala hal.
Tukang pisang dan tukang martabak kedoknya dilucuti dengan elegan
Mereka penggusur, pengeruk batu bara, penebang pohon, otaknya ektraktif.
Lugu-lugu menghancurkan

April,
Hujan turun tak berjeda,
Sama seperti keluhanmu
Tapi tadi kamu manis
Sesekali marah bolehlah, biar lebih berwarna
Tapi kamu mirip kelelawar
Malam mengaburkan wajah yang muram
Derai hujan meleburkan air mata
Kita terus berjalan, aku kira kita akan kembali
Rupanya hilang ditelan malam
Bintang jatuh diatas Ciliwung, dan ia bertanya kepadaku
Apa yang telah kau lakukan pada kehidupan ini
Apakah kau tak jujur kali ini
Pecahan mimpi menusuk jantungmu
Kau tak benar-benar tulus
Lalu kemudian apa,
Mengejarnya, memohon untuk dia kembali
Tidak.
Biarkan dia pergi pada tengah malam, melebur dan hilang bersama gelap.
Biarkan bangku-bangku taman, aspal basah Sudirman, wedang jahe, dan sebungkus doclang menjadi saksi.
Dan ia benar-benar hilang.

Bu, aku ingin bertanya
Bu kau pernah mengatakan padaku agama yang kita anut ini warisan kakek nenek
Mereka dipaksa untuk memilihnya, waktu itu masih Orba katamu
Bu agama ini menyatukan kita bukan?
Bu kau katakan padaku juga, kita ini sama tak ada beda kan?
Yang membedakan kita hanya baik dan jahat
Aku bingung apakah itu masih berlaku,
Bu, katanya mereka taat beribadah
Bu, katanya mereka dekat dengan tuhan
Apakah yang dekat dengan tuhan terus menerus mencaci maki
Bukannya dekat dengan tuhan menjadi lebih santun dan teduh
Apa aku salah Bu, apa cerita tentang kehidupan yang kau ajarkan padaku adalah kehidupan yang berbeda.
Mereka mencuci dosanya dengan pergi ke tanah suci
Apakah setelah kesana mereka masuk surga.
Karena surga imbalan untuk orang tak berdosa.
Dua pasangan busuk itu memecah kita.
Melukai kemanusian, mengorbankan toleransi dan demokrasi negeri ini.
Kita terus di adu

Kita hidup dimana ruang tak dikenal
Waktu tak lagi berarti
Nyawa tak dianggap hidup
Saling mengakui
Saling melempar
Saling menyalahkan
Semakin brutal
Semakin tak tahu diri
Hari pemilu telah lewat, tapi dendam tetap membara
Pengakuan kemenangan menggema seantero negeri
Saling mengaku menang
Siapa pun dari kalian yang menang rakyat tetap kalah.
Ruang telah kalian kuasai, ruang telah kalian patok, ruang telah kalian rampas
Pilihannya adalah memilih memboikot.
Aku berduka untuk pemilu yang dikuasai oleh para elit

Kegembiraan para elit atas pesta pemilihan umum belum berkahir
Tapi kabar menyayat hati datang dari Paris
Gereja tua simbol negeri romantis berumur 856 tahun itu habis dilalap api
Yang kokoh akhirnya runtuh
Yang tua habis termakan oleh zaman
Api tak pernah toleran pada apapun
Tuhan yang dilangit tak mampu menyelamatkan rumah megahnya
Hambanya pula lah yang akan membangunnya lagi
1 milyar dolar terkumpul dalam waktu kurang dari duapuluh empat jam untuk mendirikannya
Para konservasionis iri dan menekuk wajah
Untuk badak yang terancam punah
Untuk paus yang terus mati sia-sia
Untuk harimau yang setiap hari kehilangan hutan
Untuk gajah yang rumahnya terus dirampas sawit
Untuk orangutan yang terus-terusan ditembaki
Jangankan sejuta, sedolar pun sulit mencari uang untuk menyelamatkan satwa itu dari kepunahan

Kabar paling menyakitkan datang pada minggu keempat April
ISIS membalas dendam, atas kematian di New Zeland bulan lalu
Enam ledakan beruntun
Delapan gereja dan hotel jadi sasaran
Hampir seribu orang menjadi korbannya
Tigaratusan orang meninggal, dan limaratusan luka-luka dan terbaring kritis 
Dihari Paskah yang suci, Colombo Srilanka terlukai
Teror pembalasan terus menggema
Pecandu surga, tak ada tempat untuk kalian disisi surga manapun.

Hari Kartini yang penuh pengorbanan
Berita duka nan menyakitkan
Aku yakin setiap hari ada kematian
Tapi mati karena tenggelam dilubang tambang itu menyakitkan dariapapun juga
Lemas menelan air tercemar, tersedak lumpur beracun sisa tambang, gagal bernafas dan akhirnya merenggang nyawa
Aku turut berduka cita sedalm-dalamnya untuk mu RN...
Pemimpin Negeri ini tak pernah becus mengurusi sisa kerakusan mereka
Mereka abai terhadap tugasnya, hingga kau dan 32 orang temanmu menjadi korban
Hari Kartini yang pilu
Nyawa murah di negeri pecandu surga

Apa kamu masih disitu
Memintaku mandi dan memaksaku makan nasi
Sangat menyedihkan bukan catatanku bulan ini
Mawar merah dimeja ku kini mengering, tak membusuk
Secangkir susu bercampur bunga sakura wanginya memenuhi kamar
Setoples kurma manis selalu membuatku tersenyum
Ramadhan sebentar lagi,
Nisfu sya’ban berhasil aku lewati
Kata Ibu, sholat taubat, baca yasin tiga kali, dan puasa esok harinya.
Semoga ramadhan membawa kedamaian
Membebaskan kita dari pertikaian
Memadamkan api dendam

Setahun kelabu telah berlalu
Penghianat buang ketempat sampah
Jika masih diluar, tak tahu malu sangat

Ilmuan Astronomi berhasil membuktikan teori relativitas
Dua setengah abad akhirnya Einstein dan Hawking benar adanya
Akhir April Avengers end games dirilis, dan yang menunggu akhirnya bertemu
Thanos akhirnya mati, waktu mampu memusnahkan segala hal
Mba taylor Swift merilis lagu terbarunya, judulnya Me!
“aku bersumpah tak ada yang lain seperti aku !”
Liverpool berada di peringkat pertama
Di semifinal akan berhadapan dengan Barcelona
Aku harap Salah terus membawa serta keberuntungan di kakinya
Empat kabar itu yang paling menyenangkan dibulan ini.
Pasti kamu tau kan?

Tapi tetap saja, akhir April yang panjang ini ditutup dengan berita duka
Australia akan mematikan populasi kucing terbesar sepanjang sejarah kehidupan
Mereka akan menebar sosis beracun
Ketika kucing memakannya maka ia akan mati
Aku harap ada yang mengatakan ini pada bangsa kucing
Alsannya kelebihan populasi hingga Australia jadi sesak
Keji sekali perbuatan mereka

Kita terus saja menyakiti
Seakan tak tahu asal usul kita
Kita terus saja merusak
Seolah semua dapat diperbaiki
Kita terus saja mencemari
Sementara tak semua bisa dipulihkan

Sempur yang teduh
29 April 2019

Komentar