Maret Penuh Luka


Pagi ini Kampung Rambutan ramai dan panas
Makin panas dengan kelakuan penghuninya,
Sepanas Dendang biduan dangdut koplo yang meledak keluar dari kotak Polytron,
Ditambah celotehan dua penyiar radio yang tak hentinya mengoceh, tertawa, sambil membaca kiriman salam tak berguna
Sudah 2019, rupanya Ibu tetangga jutek itu masih suka mendengar Radio
‘....Rasa sayang mu kepadaku ternyata bohong belaka, ternyata semua janjimu ingkar semata,..
Dia gak peduli dengan ku yang masih ngantuk, sialan.
Gang kecil sempit kampung selalu ramai tak pernah sepi
Kecuali para pengadu kicau burung pergi bertaruh, atau berdoa
Karena berdoa harus tenang, dan sungguh-sungguh.
Karena doa adalah saat paling intim mu dengan sang pencipta
Karena doa adalah obat penenang paling mujarab
Karena doa adalah cara meminta memuja termulia
Aku juga berdoa

Semua lalu lalang depan rumah cream persegi panjang,
Tarian Dream cathcer dipintunya mampu menangkal mimpi buruk.
Tapi ia tak mampu menangkal omelan milenial,
Gosip, cerita benar, hoax, caci maki, kampanye, pertengkaran
Juga perkelahian rumah tangga muda
‘... aku gak bahagia hidup sama kamu, aku nyesal nikah sama kamu..”
Lalu beberapa hari kemudian, sepanci baso kuah nangkring di depan rumahnya
Mereka jualan, rasanya basonya lumayan rumit, serumit kehidupan kokinya.
Tak rumit jika kau sudah yakin memutuskan untuk hidup bersama
Tak rumit jika kau yakin bisa bekerjasama
Tak rumit jika kau telah menemukan kawan hidup bukan suami atau istri
Tak rumit jika kau mau bukan diajak untuk maukah,
Kau lahir bukan untuk jadi apa yang orang mau, tapi apa yang kau mau

Tararahuuu, tahu sutraa, tararaahuu, sutraaa, tahuuu, bangun beli tahu aing geh...
Teriakan dan paksaannya akrab dikuping ku, Mamang Tahu.  
Tapi aku tak pernah membeli, sekalipun.
Cuma kicau Murai Batu yang mampu mengusirnya dari gang ini
Karena kicaunya tak kalah berisik dan memaksa,
Bukan satu atau dua ekor, tapi puluhan Murai Batu terkurung dalam sangkar
Dilatih, ditatar, lalu berkicaulah dengan manis dan cantik.
Sumpah aku benci kicaunya, berisik.
Tak ada indah-indahnya.
Keindahan itu adalah kebebasan

Pagi,
Morning manis,
Ahaha, jelas aku udah tidur dari jam 7 semalam,
Saraaahhh kamu kenapa,
Ngacak-ngacak dapurmu, mie intans plus telur sepanci besar,
Hai Sarah how are you, i’m in new york now with your grandfather,
Holla amigo,
Sarah Ap ki jay
Aku balik hari ini ke Samarinda,
Kita ketemu di YTKI Jumat ya,  
Deretan pesan masuk mencecar pagiku, setelah tombol airplan di nonaktifkan.
Tak begitu ku suka, tapi sudah terbiasa, dan jika tak ada pasti ada yang kurang
Karena yang paling sulit adalah melawan kebiasaan
Karena yang paling sakit adalah kau suka tapi kau tak mengakuinya
Karena yang paling menyiksa adalah kau benci tapi kau diam
Dan yang paling munafik adalah kau cinta tapi kau pergi
Jujurlah, itu cukup.
Daripada terus terluka, seperti Maret

Maret, penuh luka
Tiap hari dihiasi berita duka,
Awal bulan di buka dengan Duka netizen untuk Luna Maya
Reino Barack menikah dengan Syahrini
Sumpah aku ngak Peduli. Titik.  
Aku berduka untuk,
Sentani di Papua, negeri penuh hutan itu Diterjang banjir,
105an orang meninggal, 4226 mengungsi dan jumlahnya terus bertambah, kata BNPB.
Lombok di NTB tak hentinya berduka, bumi terus berguncang, gempa terus menyusul
Dunia berduka untuk New Zeland,
Serangan Fasis, karena kebenciannya terhadap imigran padahal dia imigran
42 orang jadi korban penembakan. Nyawa macam mainan di negeri ini.
Fasis menyerang lagi di Utrecht. Dua hari setelah New Zeland.
Kejadian ini karena imigran muslim, tutur pak Senator.
Tak lama kemudian, kepalanya di tabok telur oleh Bocah.
Komentar bodoh,
Siapa lagi kira-kira yang butuh ditabok telur, 
Yang butuh adalah yang tak berakal mengaku berakal

Maret terus berduka dan luka
74 peluru menembus sekujur tubuh Primata kerabat Manusia itu, Orangutan.
Anaknya mati, saat Ibunya kritis
Iya terbaring layu, saat Peluru panas dipreteli satu persatu dari tubuh kurusnya
Biadab,
“Kalian hanya memikirkan orangutan, rakyat kami juga membutuhkan kehidupan layak”, Kicau eks Jendral yang kini menduduki kuasa di Negara Merah Putih
Dia lupa, kalau dialah yang merampas ruang hidup Orangutan
Minyak sawit Indonesia dilarang masuk eropa,
Dia meram buram.
Wajar, karena minyak itu diproduksi dari cara dan proses yang Kotor.
Hutan hilang,
Ruang hidup makin sempit,
Rakyat terhimpit,
Satwa linglung tak miliki habitat
Masyarakat krisis,
Pelanggaran HAM,
Konflik, nyawa taruhannya
Sawit itu kini mengusai 15 juta hektar daratan Negeri Merah Putih
Yang berkuasa untuknya masih 25 taipan, termasuk sang eks Jendral.
Dia harus ditabok telur, tidak satu tapi seribu, mungkin lebih.

Lagi, maret terluka
Politisi dari partai yang menjunjung tinggi agama, di tangkap KPK karena SUAP
Ketua umumnya,
Dan ia sedang menjabat jadi wakil rakyat
Parahnya, ini kedua kalinya di Partai berwarna hijau daun
Dulu korupsi kitab sekarang korupsi jabatan Kemenag.
Menjemput Rezeki di kota Pahlawan, berlambang Buaya
Sumpah,
Politisi, wakil rakyat, harapan bangsa, berideologi, dan menjunjung tinggi ukhuwah
Ketangkapan korupsi, dua kali lagi.
Tak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa jadi wakilmu
Kau adalah wakil bagi dirimu
Jangan pernah percayakan siapapun untuk mewakili dirimu
Jangan pernah menyerahkan urusan bangun membangun bangsa pada wakil rakyat
Apalagi menyerahkannya pada orang yang isi kepalanya eksploitatif. Titik.

Maret, bersimbah luka
Terus terlukai
Dan kita saling melukai

Sempur, Kampung Rambutan
Minggu Ketiga Maret 2019
Sarahagustio

Komentar