Kegiatan taksonomi adalah suatu kegiatan pencirian,
klasifikasi, dan penamaan (determinasi) suatu makhluk hidup. Ilmu taksonomi
bertujuan untuk mempermudah pengenalan dan pembelajaran terhadap makhluk hidup
serta mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu ini
senantiasa berkembang dari masa ke masa dan melahirkan berbagai sistim
klasifikasi yang berbeda – beda sesuai dengan dasar yang digunakan dalam
kegiatan tersebut.
Setiap kegiatan yang merupakan satu bagian dari
taksonomi erat kaitannya dengan cabang ilmu lainnya untuk membantu menentukan
suatu pencirian, pengklasifikasian, dan penamaan. Setiap makhluk hidup memiliki
ciri tersendiri yang mencirikan suatu ciri yang dimilikinya, dan ciri ini
biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu genetiknya, fisiologinya
hingga ekologinya.
Dalam hal peresebaran suatu makhluk hidup yang juga
erat kaitannya dengan ekologinya, sangat berpengaruh pada geografinya,
jika kita dapat mengetahui secara jelas persebaran geografinya maka akan dapat
membantu kita menentukan apakah suatu makhluk hidup merupakan satu kelompok
yang sejenis atau berbeda, atau masuk dalam kelompok lainnya. Biogeografi
adalah suatu ilmu yang berasal dari cabang biologi yang mempelajari tentang
keanekaragaman hayati serta tentang penyebaran spesies (biologi), organisme dan
ekosistim dalam ruang geografis dan melalui waktu geologi, yang sangat membantu
dalam segala kegiatan taksonomi. Biogeografi berusaha untuk menjelaskan
distribusi spesies, dan taksa lebih tinggi, di permukaan bumi memeriksa proses,
seperti ekologi spesies dan gerakan dalam kaitannya dengan iklim, yang
menjelaskan distribusi di tingkat spesies.
Ilmu ini membatu dalam melihat variasi dan sangat
teraturnya suatu organisme komunitas biologis yang dipengaruhi radien lintang
geografis, isolasi elevasi, dan area habitat. Biografi menjelaskan bagaimana
proses keanekaragaman tersebut berasal, berubah dan mengapa bisa membuatnya
hilang. Merupakan suatu bidang ilmu integratif berdasarkan penyelidikan yang
menyatukan antara konsep dengan informasi dari ekologi, evolusi biologi,
geologi, dan geografi fisik.
Biogeografi dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya
yaitu faktor iklim dan keturunan, adapun tujuan biogeografi yaitu untuk
mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya.
Ilmu ini bermanfaat untuk mengetahui dan dan menetukan faktor yang menyebabkan
atau membatasi penyebaran suatu jenis makhluk hidup.
Di tiap daerah memiliki jenis makhluk hidup yang khas,
yang tidak ditemukan di daerah lain. Biogeografi membantu menentukan status
dari suatu makhluk hidup. Bila diketahui secara jelas dan tergambar dalam suatu
peta besar, maka akan mempermudah kita mengetahui pusat keanekaragaman dan asal
suatu speseis.
Klasifikasi Klasik, Klasifikasi Fenetik, Dan Klasifikasi
Filogenetika
Pada awalnya ilmuan hanya membagi kelompok makhluk
hidup ke dalam dua kerajaan besar yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan perawakan yaitu kelompok
rumput-rumputan, semak dan pohon. Sebaliknya untuk hewan dikelompokan
berdasarkan pada tempat hidupnya, yaitu golongan hewan darat, air dan terbang.
Sistem klasifikasi ini hanya bersifat empirik dan hanya berdasar pada
pengamatan saja, klasifikasi dalam sistem ini sering disebut dengan klasifikasi
klasik.
Sistem klasifikasi organisme memiliki dua pandangan
besar yaitu sistem klasifikasi Fenetik dan Filogeni. Sistem klasifikasi fenetik
didasarkan atas kesamaan fisiologi dan genetik antar organisme tanpa
memperhatikan hubungan evolusi. Metode klasifikasi fenetik tradisional bertumpu
pada penampakan sifat-sifat fisik seperti morfologi koloni dan bentuk sel serta
fisiologi sel. Sedangkan klasifikasi filogeni didasarkan atas hubungan silsilah
leluhur antar organisme.
Sebenarnya klasifikasi-klasifikasi klasik, fenetik dan
filogenetika sering berpautan satu sama lainnya, sehingga kadang perbedaannya
tidak begitu jelas. Ketiga klasifikasi tersebut berkembang seiring perkembangan
kemajuan manusia yang sangat mempengaruhinya.
Sistem klasifikasi filogenetik akan menunjukan
kelompok-kelompok yang mencerminkan kemiripan genetik dan keterkaitannya dalam
proses evolusi suatu makhluk hidup. Sedang klasifikasi fenetik sendiri adalah
suatu sistem klasifikasi yang tidakselalu menampakan kesamaan atau keterkaitan
genetik dan evolusi suatu makhluk hidup, ia hanya berdasarkan pada karaktristik
suatu kelompok, klasifikasi fenetik akan membangun suatu (phenograms), sistem
klasifikasi ini juga akan membangun suatu pohon dendrogram berdasarkan fenotipe
kesamaan dari keseluruhan takson.
Klasifikasi Harus Merefleksikan Lintasan Evolusi
Tumbuhan
Spesies-spesies di bumi oleh para ahli biologi
dikelompokan dalam satu hirarki atau tingkatan kehidupan, berdasar kemiripan
baik morfologi atau fisiologinya, kegiatan tersebut biasa disebut Klasifikasi,
yiatu proses pengaturan hewan atau tumbuh-tumbuhan ke dalam takson tertentu
berdasarkan persamaan dan perbedaan. Hasil proses pengaturan ini ialah suatu
sistim klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan
jenis-jenis makhluk hidup satu sama lainnya. Klasifikasi bertujuan agar kita
mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut mengandung informasi
sebanyak-banyaknya. Dengan mengelompokkan jenis-jenis tumbuhan dalam suatu
takson maka ciri-ciri masing-masing individu akan tercermin dalam deskripsi
takson tersebut. Dalam masa perkembangannya klasifikasi dibagi atas dua, yaitu:
klasifikasi sebelum Darwin dan sesudah Darwin. Klasifikasi sebelum Darwin
dibedakan lagi atas tiga yaitu klasifikasi yang didasarkan atas habitus,
seksual dan hubungan bentuk morfologi. Klasifikasi sesudah Darwin dibedakan
atas pendekatan filogenik dan alamiah. Menurut teori evolusi menerangkan bahwa
keragmana semua spesies di muka bumi masa kini berasal dari nenek moyang
bersama. Hingga anggapan bahwa setiap kegiatan klasifikasi harus mereflesikan
hingga kelintasan evolusi suatu tumbuhan.
Evolusi selalau terkait dengan spesiasi, yaitu
pembentukan satu atau lebih spesies turunan dari satu spesies moyang. Perubahan
evolusioner dalam spesies bergantung pada adanya variabilitas genetik pada
individu-individu dalam spesies; yang menyebabkan berhasilnya reproduksi
diferensial pada mereka. Pada umumnya spesiasi mensyaratkan bahwa isolasi
subpopulasi dari nenek moyang yang terpisah secara geografik dan perkawinan
yang menghasilkan satu gen yang berbeda dari moyangnya. Dari evolusi juga mampu
menggambarkan suatu hubungan kekerabatan yang merupakan hasil dari rekonstruksi
hubungan evolusi (evolutionary relationship) dari kelompok-kelompok organisme
biologi. Sebuah hubungan evolusi yang direkonstruksi dengan baik dapat
digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian komparatif
(comparative investigations), misalnya dalam bidang ekologi dan biogeografi.
Evolusi juga dapat menampilkan suatu pola penyebaran secara geografik dari
populasi suatu spesies. Sehingga hal tersebut mampu menjadi salah satu bukti
evolusi yang berasal dari penyebaran geografik dari populasi suatu spesies. Dan
dari sanalah kita bisa mengklasifikasikan suatu organisme sesuai dengan
keberadaan tingkatan dalam kelompoknya atau dikenal dengan takson dan
mengetahui organisme yang kita temukan berada dalam takson apa.
Keterkaitan antara Evolusi mencakup bahasan didalamnya
seperti klasifikasi; spesiasi; rekonstruksi filogeni; dan evolusi biogeografi.
Dengan demikian, diharapakan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan kita
tentang prinsip-prisip dari evolusi biologi serta aspek-aspek yang terkait di
dalamnya serta implikasinya terhadap evolusioner biologi/taksonomi modern.
Klasifikasi adalah menempatkan bersama-sama dalam kategori hal-hal yang mirip
satu sama lain.
Ciri Morfologi
Sifat dan ciri taksonomi sangat penting sebagai sumber
bukti taksonomi untuk memecahkan berbagai permasalahan taksonomi. Sifat-sifat
yang dipakai sebagai bukti taksonomi dalam mendeterminasi, mencirikan dan
menggolongkan jenis-jenis tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan dari
semua fase serta proses pertumbuhan tumbuhan itu. Morfologi hingga sekarang
masih tetap dipakai karena mudah diamati dan praktis digunakan untuk kunci
determinasi. Sifat yang mantap pada data morfologi adalah organ generative
bunga dan buah. Data morfologi berupa organ vegetatif yang sering dipakai yaitu
habit, akar, penyebaran bulu pada bagian-bagian tumbuhan. Data morfologi juga
sering menunjukkan cara-cara tumbuhan tersebut mengadaptasikan diri dengan
lingkungannya dan evolusinya.
Morfologi masih dianggap sangat penting sebagai dasar
dan Prinsip dalam Klasifikasi Fenetik yang merupakan suatu cara pengelompokkan
kuantitatif dalam sistematika biologi, berbasis pada kemiripan morfologi.
Fenetika atau Taksimetrik merupakan pengklasifikasian berdasarkan morfologi dan
anatomi. Fenetika membandingkan sebanyak mungkin karakteristik anatomi (yang dikenal
sebagai karakter) dan tidak melakukan upaya untuk membedakan homologi dan
analogi. Spesies dengan kesamaan secara morfologi dikelompokkan dalam satu
kelompok, sementara yang berbeda secara morfologi dikelompokkan dalam kelompok
yang berbeda juga. Suatu spesies dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah
(populasinya), bentuk, atau tipe kromosom, kesamaan dalam sistem imun protein.
Fenetika dapat diartikan sebagai kegiatan menaksir hubungan evolusi berdasarkan
kepemilikan karakter atau ciri yang sama (overall similarity) dari
anggota-anggota suatu kelompok.
Ciri morfologi juga merupakan salah satu metode
tradisional untuk melakukan pengenalan karakter tumbuhan secara cepat dengan
melihat bagian ekternal tumbuhan tersebut. Dengan mengetahui ciri morfologinya
secara tepat hingga ke bagian sintetik dari tumbuhan tersebut maka dengan mudah
pula kita mengetahui fungsi struktur lainnya untuk kebutuhan taksonomi. Ciri
morfologi adalah bekal untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan taksonomi
lainnya, misalnya melalui molekular.
Dari sisi lain, dalam kegiatan taksonomi
morfologi tumbuhan digunakan untuk pendiaknosaan tahap awal pada suatu
tumbuhan, bersama dengan itu pula hadir dari mana tumbuhan itu berasal,
distribusinya dan data lainnya. Dari data tersebut kita dapat melihat kemana
tumbuhan itu akan dikelompokan dalam klasifikasi. Ekspresi pada morfologi
tumuha merupakan salah satu partikel penting dalam hasil penentuan suatu
takson, perbedaan dan persamaan morfologi menjadi salah satu alasan mengapa
teori-teori mengenai genetika dan molecular bermunculan untuk melihat dan lebih
mengaskan kedudukan suatu takson tumbuhan.
Taksonomi dan Sistimatika
Taksonomi dan sistematika pada dasarnya memang harus
dibedakan karena perbedaan batasan yang dimiliki oleh keduanya. Taksonomi
adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, klasifikasi suatu objek dan biasanya
terbatas botani sistematik. Taksonomi sebagai studi dan deskripsi variasi dari
organisme, penyelidikan sebab-sebab akibat dari variasi tersebut, serta
memanipulasi data yang dinyatakan untuk menghasilkan suatu sistem klasifikasi.
Taksonomi merupakan bagian dari sistematik yang mempelajari tentang asas-asas,
tata cara, hukum-hukum, peraturan-peraturan dan dasar-dasar klasifikasi.
Taksonomi dinyatakan sering dipakai sebagai teori dan
praktek klasifikasi dan bukan hasil akhirnya, yaitu sistem klasifikasi.
Sedangkan Sistematika diberi batasan sebagai ilmu yang secara ilmiah
mempelajari macam-macam dan keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan
di antara mereka. Identifikasi, Taksonomi, Klasifikasi semuanya termasuk ke
dalam kegiatan Sistematik, sistematika memiliki cakupan yang lebih luas dari
taksonomi. Namun taksonomi dan sistematika sama-sama ilmu yang mempelajari
penelusuran, penyimpanan contoh, pencirian, pengenalan (identifikasi),
pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Namun demikian, sistematika
tumbuhan lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya.
Taksonomi merupakan salah satu bidang ilmu yang
pertama kali dibangun pada awal peradaban dan mempelopori perkembangan
cabang-cabang ilmu hayat lainnya. Pada awal perkembangannya (Masa Yunani Kuno),
Biologi hampir disinonimkan dengan taksonomi, mengingat ruang lingkupnya yang
masih terbatas pada penyandraan (deskripsi) dan pemberian nama, baik tumbuhan
maupun hewan.
Ruang lingkup taksonomi dan sistematika tumbuhan
mencakup tentang dasar-dasar pencirian tata cara pengenalan dan hukum-hukum
penamaan, asas-asas pengaturan tumbuhan dalam golongan atau kesatuan kelasnya
secara ideal. Hubungan taksonomi dengan ilmu Ilmu lain seperti morfologi,
anatomi, sitologi, embriologi, fisiologi, fitokimia, genetika, ekologi,
fitogeografi, dan lain-lainnya.
Tujuan taksnomi sendiri ialah menyediakan jalan untuk
memungkinkan orang untuk mengadakan pengenalan, penentuan atau pendeterminasian
semua jenis tumbuhan yang ada didunia ini. Untuk itu para ahli sistematik telah
menciptakan sistem tatanama ilmiah yang universal, menyusun kunci determinasi,
menghimpun koleksi spesimen acuan dan lain-lain. Pengumpulan semua data yang
lengkapuntuk dipertalakan secara teratur sehinggamemungkinkan orang menarik
keuntungandari pengetahuan yang ada dengan cepat.
Menciptakan terciptanya sistem klasifikasi yang
tersusun sedemikian rupa dan mencerminkan dekatnya hubungan kekerabatan alamiah
diantara tumbuhan, yang sekaligus harus pula dapat mengungkapkan jalannya
evolusi tumbuhan. Dari
segala pengetahuan yang sudah tercapai ini dilakukan pengkajian analisis dan
disintesiskan kembali untuk memperoleh pengertian dasar ilmiah dari
keanekaragamandan hubungan kekerabatan tumbuhan danuntuk mengetahui bagaimana
mekanisme pendekatannya.
Tata Nama
Tatanama bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama
yang tidak perlu. Maksud pemberian nama pada setiap kesatuan taksonomi tumbuhan
bukanlah untuk menunjukkan ciri-ciri atau sejarahnya, tetapi untuk memberikan
jalan untuk pengacuan dan sekaligus menunjukkan tingkat kedudukan
taksonominya.
Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau
tatanama. Cara pemberian nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh
peraturan-peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres Botani sedunia.
Peraturan-peraturan tersebut secara formal dimuat pada Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature). Tujuan utama
sistim ini adalah menciptakan satu nama untuk setiap takson. Kode tatanama ini
bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi
kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang
mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan
timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan.
Nomenklatur adalah penamaan yang menunjukkan
karakteristik organisme untuk setiap hirarki katagori takson. Penamaan ini harus
bersifat universal dan mampu dipahami oleh semua ilmuwan yang ada di dunia.
Oleh karena itu pengunaan bahasa universal sangat penting. Bahasa universal
untuk penamaan organisme adalah bahasa Latin dan Yunani. Kedua bahasa ini telah
menjadi bahasa sains dan elit bagi ilmuwan pada abad Permulaan sampai abad
Pertengahan. Dengan demikian terdapat bahasa pemersatu untuk sains khususnya
biologi.
Dalam sejarah tatanama tumbuhan, nama-nama tumbuhan
merupakan sebuah pertelaan hingga sering disebut sebagai nama pertelaan, namun
nama pertelaan tersebut dianggap cukup rumit untuk digunakan dalam
berkomunikasi para ahli botani terus berusaha memperbaiki dan menyempurnakan
sistim penamaan untuk mempermudah dalam komuniaksi. Barulah pada tahun 1753
sistim polynomial digantikan dengan binomial sejak Carous Linnaeus dengan
publikasinya Systema Plantarum berlaku secara international. Sistim binomial
hanya terdiri dari dua kata, yang mana kata pertamanya adalah nama marga dan
kata keduanya merupakan petunjuk jenis atau spesies.
Di dalam kesehariannya, nama-nama tumbuhan memiliki
berbagai macam nama, khusus untuk di Indonesia, nama dari tumbuhan bisa
bermacam-macam penyebutannya dengan satu jenis tumbuhan yang sama. Nama-nama
ini diberikan oleh orang-orang yang hidup disekitar tumbuhan tersebut. hal ini
bertujuan untuk mempermudah mereka berkomunikasi dalam keseharian, jika mereka
membutuhkan tumbuhan tersebut, nama umum tersebut sama sekali tidak memenuhi
syarat dalam tatanama international, hanya dapat sangat membantu mereka. Masih
banyak kekurangannya, diantaranya ialah ia tidak bersifat menyeluruh
pengertiannya terbatas, hanya orang tertentu yang mengetahui dan mengenal, nama
tersebut juga tidak memberikan informasi hubungan kekerabatan, jika dikenal
oleh banyak orang kemungkinan namnaya banyak, kadang terdapat pada dua hingga
tiga tanaman yang berbeda, untuk tumbuhan langka sendiri jarang memiliki nama
umum. Nama ilmiah sengaja disusun yang diperlakukan sebagai abhasa latin tanpa
memperhatikan nama asal kata yangdigunakan dalam nama umum tadi, nama ilmiah
disusun dengan penetuan, pemberian dan pemakaiannua untuk setiap golongan
tumbuhan berdasarkan aturan dan sistim tatanama.
Tujuan Pendidikan Taksonomi Tumbuhan Bagi Siswa Dan
Mahasiswa Indonesia
Indonesia Negara dengan kekayaan alam yang sangat
melimpah dalam ekosistem yang bervariasi, jenis tumbuhan yang beraneka ragam,
hewan dan jasad renik dengan kekayaan plasma nutfah yang tinggi.
Perkembangan global yang berkembang pesat dan semakin
maju untuk memanfaatkan sumberdaya genetik tersebut juga semakin ramai. Hingga
akibatnya banyak dampak yang ditimbulkannya salah satunya ialah pencurian dan
kehilangan sumber daya gentik, selain itu juga tinginya intensitas kehilangan
karena kepunahan keanekaragman hayati karena ulah aktifitas manusia di hutan
tropik mengancam semakin cepatnya Indonsia kehilangan informasi keanekaragman
hayati, pada tinggat spesies maupun genetik. Padahal belum semua data
keanekaragaman tersebut kita ketahui.
Sebagai bentuk usaha dan upaya untuk menjawab
tantangan tersebut, Indonesia memerlukan ahli taksonomi. Alasan tersebut
merupakan salah satu dasar tujuan yang kuat dalam pengembangan pendidikan
taksonomi di Indonesia, baik diajarkan secara informal maupun nonformal
dalam pendidikan. Peran taksonomi sesungguhnya dapat dirasakan pada berbagai
jalur kehidupan, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga dalam penentunan
kebijakan suatu pemerintahan, hanya saja banyak orang belum menayadari bahwa
pentinggnya ilmu taksonomi.
Namun di Indonesia ilmu taksonomi belum berkembang
pesat, karena sedikit sekali mahasiswa yang berminat dan tertarik untuk
mendalami taksonomi, dikarenakan ilmu ini dirasa sangat susah, membosankan dan
tidak banyak berguna. Sebagai akibatnya, kepakaran taksonomi di Indonesia bisa
dihitung jari, padahal kekayaan keanekaragaman hayati yang harus ditangani
sanggat besar dan rumit. Apabila dibiarkan maka masa depan yang sedikit buruk
bagi pertaksonomian di Indonesia. Hanya ada beberapa orang ahli taksonomi di
Indonsia yang betul-betul mengerti taksonomi, dan hanya ada beberapa mahasiswa
saja yang melanjutkan sekolahnya untuk mengambil jenjang yang lebih tinggi dari
suatu universitas yang sama sekali tidak memiliki ahli taksonomi.
Sebenarnya metode pengajaran taksonomi sedari
dasar yang sangat mempengaruhi minat setiap siswa dan mahasiswa untuk mendalami
ilmu taksonomi. Selama ini mahasiswa beranggapan bahwa taksonomi merupakan
pealjaran untuk mengahfalkan nama makhluk hidup dalam bahsa latin, sementara
yang lainnya menyatakan bahwa taksonomi merupakan pelajaran yang diberikan
hanya untuk mengetahui dan menghafal susunan urutan tinggakt kategori dalam
klasifikasi. Tentu saja kenyataan ini sangat membebani dan akibatnya tidak
banyak yang berminat dalam ilmu ini. Jika saja ilmu ini diajarkan dengan
berdasarkan pedoman maka ia akan menjadi menarik, mulai dari memahami asas
taksonomi yang merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam menyelengrakan
taksonomi, lalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk
menyesuaikan kinerja taksonomi dalam bidang apa saja, dan mewujudkan peran
fungsi taksonomi dalam kehidupan sehari-hari.
Follow Me, and Check again..?
28 Januari 2014
Jadi ingat masa sekolah. Hehe
BalasHapushehe.. ayo sekolah lagi. ;)
Hapus