Taxonomy : Asas – Asas Taksonomi

Carl Linnaeus 
Kegiatan taksonomi adalah suatu kegiatan pencirian, klasifikasi, dan penamaan (determinasi) suatu makhluk hidup. Ilmu taksonomi bertujuan untuk mempermudah pengenalan dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu ini senantiasa berkembang dari masa ke masa dan melahirkan berbagai sistim klasifikasi yang berbeda – beda sesuai dengan dasar yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

Setiap kegiatan yang merupakan satu bagian dari taksonomi erat kaitannya dengan cabang ilmu lainnya untuk membantu menentukan suatu pencirian, pengklasifikasian, dan penamaan. Setiap makhluk hidup memiliki ciri tersendiri yang mencirikan suatu ciri yang dimilikinya, dan ciri ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu genetiknya, fisiologinya hingga ekologinya.

Dalam hal peresebaran suatu makhluk hidup yang juga erat kaitannya dengan ekologinya, sangat  berpengaruh pada geografinya, jika kita dapat mengetahui secara jelas persebaran geografinya maka akan dapat membantu kita menentukan apakah suatu makhluk hidup merupakan satu kelompok yang sejenis atau berbeda, atau masuk dalam kelompok lainnya. Biogeografi adalah suatu ilmu yang berasal dari cabang biologi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati serta tentang penyebaran spesies (biologi), organisme dan ekosistim dalam ruang geografis dan melalui waktu geologi, yang sangat membantu dalam segala kegiatan taksonomi. Biogeografi berusaha untuk menjelaskan distribusi spesies, dan taksa lebih tinggi, di permukaan bumi memeriksa proses, seperti ekologi spesies dan gerakan dalam kaitannya dengan iklim, yang menjelaskan distribusi di tingkat spesies.

Ilmu ini membatu dalam melihat variasi dan sangat teraturnya suatu organisme komunitas biologis yang dipengaruhi radien lintang geografis, isolasi elevasi, dan area habitat. Biografi menjelaskan bagaimana proses keanekaragaman tersebut berasal, berubah dan mengapa bisa membuatnya hilang. Merupakan suatu bidang ilmu integratif berdasarkan penyelidikan yang menyatukan antara konsep dengan informasi dari ekologi, evolusi biologi, geologi, dan geografi fisik.

Biogeografi dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya yaitu faktor iklim dan keturunan, adapun tujuan biogeografi yaitu untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Ilmu ini bermanfaat untuk mengetahui dan dan menetukan faktor yang menyebabkan atau membatasi penyebaran suatu jenis makhluk hidup.

Di tiap daerah memiliki jenis makhluk hidup yang khas, yang tidak ditemukan di daerah lain. Biogeografi membantu menentukan status dari suatu makhluk hidup. Bila diketahui secara jelas dan tergambar dalam suatu peta besar, maka akan mempermudah kita mengetahui pusat keanekaragaman dan asal suatu speseis.

Klasifikasi Klasik, Klasifikasi Fenetik, Dan Klasifikasi Filogenetika
Pada awalnya ilmuan hanya membagi kelompok makhluk hidup ke dalam dua kerajaan besar yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan perawakan yaitu kelompok rumput-rumputan, semak dan pohon. Sebaliknya untuk hewan dikelompokan berdasarkan pada tempat hidupnya, yaitu golongan hewan darat, air dan terbang. Sistem klasifikasi ini hanya bersifat empirik dan hanya berdasar pada pengamatan saja, klasifikasi dalam sistem ini sering disebut dengan klasifikasi klasik.  

Sistem klasifikasi organisme memiliki dua pandangan besar yaitu sistem klasifikasi Fenetik dan Filogeni. Sistem klasifikasi fenetik didasarkan atas kesamaan fisiologi dan genetik antar organisme tanpa memperhatikan hubungan evolusi. Metode klasifikasi fenetik tradisional bertumpu pada penampakan sifat-sifat fisik seperti morfologi koloni dan bentuk sel serta fisiologi sel. Sedangkan klasifikasi filogeni didasarkan atas hubungan silsilah leluhur antar organisme.

Sebenarnya klasifikasi-klasifikasi klasik, fenetik dan filogenetika sering berpautan satu sama lainnya, sehingga kadang perbedaannya tidak begitu jelas. Ketiga klasifikasi tersebut berkembang seiring perkembangan kemajuan manusia yang sangat mempengaruhinya. 

Sistem klasifikasi filogenetik akan menunjukan kelompok-kelompok yang mencerminkan kemiripan genetik dan keterkaitannya dalam proses evolusi suatu makhluk hidup. Sedang klasifikasi fenetik sendiri adalah suatu sistem klasifikasi yang tidakselalu menampakan kesamaan atau keterkaitan genetik dan evolusi suatu makhluk hidup, ia hanya berdasarkan pada karaktristik suatu kelompok, klasifikasi fenetik akan membangun suatu (phenograms), sistem klasifikasi ini juga akan membangun suatu pohon dendrogram berdasarkan fenotipe kesamaan dari keseluruhan takson.

Klasifikasi Harus Merefleksikan Lintasan Evolusi Tumbuhan
Spesies-spesies di bumi oleh para ahli biologi dikelompokan dalam satu hirarki atau tingkatan kehidupan, berdasar kemiripan baik morfologi atau fisiologinya, kegiatan tersebut biasa disebut Klasifikasi, yiatu proses pengaturan hewan atau tumbuh-tumbuhan ke dalam takson tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan. Hasil proses pengaturan ini ialah suatu sistim klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lainnya. Klasifikasi bertujuan agar kita mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut mengandung informasi sebanyak-banyaknya. Dengan mengelompokkan jenis-jenis tumbuhan dalam suatu takson maka ciri-ciri masing-masing individu akan tercermin dalam deskripsi takson tersebut. Dalam masa perkembangannya klasifikasi dibagi atas dua, yaitu: klasifikasi sebelum Darwin dan sesudah Darwin. Klasifikasi sebelum Darwin dibedakan lagi atas tiga yaitu klasifikasi yang didasarkan atas habitus, seksual dan hubungan bentuk morfologi. Klasifikasi sesudah Darwin dibedakan atas pendekatan filogenik dan alamiah. Menurut teori evolusi menerangkan bahwa keragmana semua spesies di muka bumi masa kini berasal dari nenek moyang bersama. Hingga anggapan bahwa setiap kegiatan klasifikasi harus mereflesikan hingga kelintasan evolusi suatu tumbuhan.

Evolusi selalau terkait dengan spesiasi, yaitu pembentukan satu atau lebih spesies turunan dari satu spesies moyang. Perubahan evolusioner dalam spesies bergantung pada adanya variabilitas genetik pada individu-individu dalam spesies; yang menyebabkan berhasilnya reproduksi diferensial pada mereka. Pada umumnya spesiasi mensyaratkan bahwa isolasi subpopulasi dari nenek moyang yang terpisah secara geografik dan perkawinan yang menghasilkan satu gen yang berbeda dari moyangnya. Dari evolusi juga mampu menggambarkan suatu hubungan kekerabatan yang merupakan hasil dari rekonstruksi hubungan evolusi (evolutionary relationship) dari kelompok-kelompok organisme biologi. Sebuah hubungan evolusi yang direkonstruksi dengan baik dapat digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian komparatif (comparative investigations), misalnya dalam bidang ekologi dan biogeografi. Evolusi juga dapat menampilkan suatu pola penyebaran secara geografik dari populasi suatu spesies. Sehingga hal tersebut mampu menjadi salah satu bukti evolusi yang berasal dari penyebaran geografik dari populasi suatu spesies. Dan dari sanalah kita bisa mengklasifikasikan suatu organisme sesuai dengan keberadaan tingkatan dalam kelompoknya atau dikenal dengan takson dan mengetahui organisme yang kita temukan berada dalam takson apa.

Keterkaitan antara Evolusi mencakup bahasan didalamnya seperti klasifikasi; spesiasi; rekonstruksi filogeni; dan evolusi biogeografi. Dengan demikian, diharapakan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan kita tentang prinsip-prisip dari evolusi biologi serta aspek-aspek yang terkait di dalamnya serta implikasinya terhadap evolusioner biologi/taksonomi modern. Klasifikasi adalah menempatkan bersama-sama dalam kategori hal-hal yang mirip satu sama lain.

Ciri Morfologi
Sifat dan ciri taksonomi sangat penting sebagai sumber bukti taksonomi untuk memecahkan berbagai permasalahan taksonomi. Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti taksonomi dalam mendeterminasi, mencirikan dan menggolongkan jenis-jenis tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan dari semua fase serta proses pertumbuhan tumbuhan itu. Morfologi hingga sekarang masih tetap dipakai karena mudah diamati dan praktis digunakan untuk kunci determinasi. Sifat yang mantap pada data morfologi adalah organ generative bunga dan buah. Data morfologi berupa organ vegetatif yang sering dipakai yaitu habit, akar, penyebaran bulu pada bagian-bagian tumbuhan. Data morfologi juga sering menunjukkan cara-cara tumbuhan tersebut mengadaptasikan diri dengan lingkungannya dan evolusinya.

Morfologi masih dianggap sangat penting sebagai dasar dan Prinsip dalam Klasifikasi Fenetik yang merupakan suatu cara pengelompokkan kuantitatif dalam sistematika biologi, berbasis pada kemiripan morfologi. Fenetika atau Taksimetrik merupakan pengklasifikasian berdasarkan morfologi dan anatomi. Fenetika membandingkan sebanyak mungkin karakteristik anatomi (yang dikenal sebagai karakter) dan tidak melakukan upaya untuk membedakan homologi dan analogi. Spesies dengan kesamaan secara morfologi dikelompokkan dalam satu kelompok, sementara yang berbeda secara morfologi dikelompokkan dalam kelompok yang berbeda juga. Suatu spesies dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah (populasinya), bentuk, atau tipe kromosom, kesamaan dalam sistem imun protein. Fenetika dapat diartikan sebagai kegiatan menaksir hubungan evolusi berdasarkan kepemilikan karakter atau ciri yang sama (overall similarity) dari anggota-anggota suatu kelompok.

Ciri morfologi juga merupakan salah satu metode tradisional untuk melakukan pengenalan karakter tumbuhan secara cepat dengan melihat bagian ekternal tumbuhan tersebut. Dengan mengetahui ciri morfologinya secara tepat hingga ke bagian sintetik dari tumbuhan tersebut maka dengan mudah pula kita mengetahui fungsi struktur lainnya untuk kebutuhan taksonomi. Ciri morfologi adalah bekal untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan taksonomi lainnya, misalnya melalui molekular.

Dari sisi lain, dalam  kegiatan taksonomi morfologi tumbuhan digunakan untuk pendiaknosaan tahap awal pada suatu tumbuhan, bersama dengan itu pula hadir dari mana tumbuhan itu berasal, distribusinya dan data lainnya. Dari data tersebut kita dapat melihat kemana tumbuhan itu akan dikelompokan dalam klasifikasi. Ekspresi pada morfologi tumuha merupakan salah satu partikel penting dalam hasil penentuan suatu takson, perbedaan dan persamaan morfologi menjadi salah satu alasan mengapa teori-teori mengenai genetika dan molecular bermunculan untuk melihat dan lebih mengaskan kedudukan suatu takson tumbuhan.

Taksonomi dan Sistimatika
Taksonomi dan sistematika pada dasarnya memang harus dibedakan karena perbedaan batasan yang dimiliki oleh keduanya. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, klasifikasi suatu objek dan biasanya terbatas botani sistematik. Taksonomi sebagai studi dan deskripsi variasi dari organisme, penyelidikan sebab-sebab akibat dari variasi tersebut, serta memanipulasi data yang dinyatakan untuk menghasilkan suatu sistem klasifikasi. Taksonomi merupakan bagian dari sistematik yang mempelajari tentang asas-asas, tata cara, hukum-hukum, peraturan-peraturan dan dasar-dasar klasifikasi.

Taksonomi dinyatakan sering dipakai sebagai teori dan praktek klasifikasi dan bukan hasil akhirnya, yaitu sistem klasifikasi. Sedangkan Sistematika diberi batasan sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari macam-macam dan keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan di antara mereka. Identifikasi, Taksonomi, Klasifikasi semuanya termasuk ke dalam kegiatan Sistematik, sistematika memiliki cakupan yang lebih luas dari taksonomi. Namun taksonomi dan sistematika sama-sama ilmu yang mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh, pencirian, pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Namun demikian, sistematika tumbuhan lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya.

Taksonomi merupakan salah satu bidang ilmu yang pertama kali dibangun pada awal peradaban dan mempelopori perkembangan cabang-cabang ilmu hayat lainnya. Pada awal perkembangannya (Masa Yunani Kuno), Biologi hampir disinonimkan dengan taksonomi, mengingat ruang lingkupnya yang masih terbatas pada penyandraan (deskripsi) dan pemberian nama, baik tumbuhan maupun hewan.

Ruang lingkup taksonomi dan sistematika tumbuhan mencakup tentang dasar-dasar pencirian tata cara pengenalan dan hukum-hukum penamaan, asas-asas pengaturan tumbuhan dalam golongan atau kesatuan kelasnya secara ideal. Hubungan taksonomi dengan ilmu Ilmu lain seperti morfologi, anatomi, sitologi, embriologi, fisiologi, fitokimia, genetika, ekologi, fitogeografi, dan lain-lainnya.

Tujuan taksnomi sendiri ialah menyediakan jalan untuk memungkinkan orang untuk mengadakan pengenalan, penentuan atau pendeterminasian semua jenis tumbuhan yang ada didunia ini. Untuk itu para ahli sistematik telah menciptakan sistem tatanama ilmiah yang universal, menyusun kunci determinasi, menghimpun koleksi spesimen acuan dan lain-lain. Pengumpulan semua data yang lengkapuntuk dipertalakan secara teratur sehinggamemungkinkan orang menarik keuntungandari pengetahuan yang ada dengan cepat.

Menciptakan terciptanya sistem klasifikasi yang tersusun sedemikian rupa dan mencerminkan dekatnya hubungan kekerabatan alamiah diantara tumbuhan, yang sekaligus harus pula dapat mengungkapkan jalannya evolusi tumbuhan. Dari segala pengetahuan yang sudah tercapai ini dilakukan pengkajian analisis dan disintesiskan kembali untuk memperoleh pengertian dasar ilmiah dari keanekaragamandan hubungan kekerabatan tumbuhan danuntuk mengetahui bagaimana mekanisme pendekatannya.

Tata Nama
Tatanama bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu. Maksud pemberian nama pada setiap kesatuan taksonomi tumbuhan bukanlah untuk menunjukkan ciri-ciri atau sejarahnya, tetapi untuk memberikan jalan untuk pengacuan dan sekaligus menunjukkan tingkat kedudukan taksonominya. 

Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara pemberian nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres Botani sedunia. Peraturan-peraturan tersebut secara formal dimuat pada Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature). Tujuan utama sistim ini adalah menciptakan satu nama untuk setiap takson. Kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan.

Nomenklatur adalah penamaan yang menunjukkan karakteristik organisme untuk setiap hirarki katagori takson. Penamaan ini harus bersifat universal dan mampu dipahami oleh semua ilmuwan yang ada di dunia. Oleh karena itu pengunaan bahasa universal sangat penting. Bahasa universal untuk penamaan organisme adalah bahasa Latin dan Yunani. Kedua bahasa ini telah menjadi bahasa sains dan elit bagi ilmuwan pada abad Permulaan sampai abad Pertengahan. Dengan demikian terdapat bahasa pemersatu untuk sains khususnya biologi.

Dalam sejarah tatanama tumbuhan, nama-nama tumbuhan merupakan sebuah pertelaan hingga sering disebut sebagai nama pertelaan, namun nama pertelaan tersebut dianggap cukup rumit untuk digunakan dalam berkomunikasi para ahli botani terus berusaha memperbaiki dan menyempurnakan sistim penamaan untuk mempermudah dalam komuniaksi. Barulah pada tahun 1753 sistim polynomial digantikan dengan binomial sejak Carous Linnaeus dengan publikasinya Systema Plantarum berlaku secara international. Sistim binomial hanya terdiri dari dua kata, yang mana kata pertamanya adalah nama marga dan kata keduanya merupakan petunjuk jenis atau spesies.  

Di dalam kesehariannya, nama-nama tumbuhan memiliki berbagai macam nama, khusus untuk di Indonesia, nama dari tumbuhan bisa bermacam-macam penyebutannya dengan satu jenis tumbuhan yang sama. Nama-nama ini diberikan oleh orang-orang yang hidup disekitar tumbuhan tersebut. hal ini bertujuan untuk mempermudah mereka berkomunikasi dalam keseharian, jika mereka membutuhkan tumbuhan tersebut, nama umum tersebut sama sekali tidak memenuhi syarat dalam tatanama international, hanya dapat sangat membantu mereka. Masih banyak kekurangannya, diantaranya ialah ia tidak bersifat menyeluruh pengertiannya terbatas, hanya orang tertentu yang mengetahui dan mengenal, nama tersebut juga tidak memberikan informasi hubungan kekerabatan, jika dikenal oleh banyak orang kemungkinan namnaya banyak, kadang terdapat pada dua hingga tiga tanaman yang berbeda, untuk tumbuhan langka sendiri jarang memiliki nama umum. Nama ilmiah sengaja disusun yang diperlakukan sebagai abhasa latin tanpa memperhatikan nama asal kata yangdigunakan dalam nama umum tadi, nama ilmiah disusun dengan penetuan, pemberian dan pemakaiannua untuk setiap golongan tumbuhan berdasarkan aturan dan sistim tatanama. 

Tujuan Pendidikan Taksonomi Tumbuhan Bagi Siswa Dan Mahasiswa Indonesia
Indonesia Negara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah dalam ekosistem yang bervariasi, jenis tumbuhan yang beraneka ragam, hewan dan jasad renik dengan kekayaan plasma nutfah yang tinggi.

Perkembangan global yang berkembang pesat dan semakin maju untuk memanfaatkan sumberdaya genetik tersebut juga semakin ramai. Hingga akibatnya banyak dampak yang ditimbulkannya salah satunya ialah pencurian dan kehilangan sumber daya gentik, selain itu juga tinginya intensitas kehilangan karena kepunahan keanekaragman hayati karena ulah aktifitas manusia di hutan tropik mengancam semakin cepatnya Indonsia kehilangan informasi keanekaragman hayati, pada tinggat spesies maupun genetik. Padahal belum semua data keanekaragaman tersebut kita ketahui.

Sebagai bentuk usaha dan upaya untuk menjawab tantangan tersebut, Indonesia memerlukan ahli taksonomi. Alasan tersebut merupakan salah satu dasar tujuan yang kuat dalam pengembangan pendidikan taksonomi di Indonesia, baik diajarkan secara  informal maupun nonformal dalam pendidikan. Peran taksonomi sesungguhnya dapat dirasakan pada berbagai jalur kehidupan, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga dalam penentunan kebijakan suatu pemerintahan, hanya saja banyak orang belum menayadari bahwa pentinggnya ilmu taksonomi.

Namun di Indonesia ilmu taksonomi belum berkembang pesat, karena sedikit sekali mahasiswa yang berminat dan tertarik untuk mendalami taksonomi, dikarenakan ilmu ini dirasa sangat susah, membosankan dan tidak banyak berguna. Sebagai akibatnya, kepakaran taksonomi di Indonesia bisa dihitung jari, padahal kekayaan keanekaragaman hayati yang harus ditangani sanggat besar dan rumit. Apabila dibiarkan maka masa depan yang sedikit buruk bagi pertaksonomian di Indonesia. Hanya ada beberapa orang ahli taksonomi di Indonsia yang betul-betul mengerti taksonomi, dan hanya ada beberapa mahasiswa saja yang melanjutkan sekolahnya untuk mengambil jenjang yang lebih tinggi dari suatu universitas yang sama sekali tidak memiliki ahli taksonomi.

Sebenarnya  metode pengajaran taksonomi sedari dasar yang sangat mempengaruhi minat setiap siswa dan mahasiswa untuk mendalami ilmu taksonomi. Selama ini mahasiswa beranggapan bahwa taksonomi merupakan pealjaran untuk mengahfalkan nama makhluk hidup dalam bahsa latin, sementara yang lainnya menyatakan bahwa taksonomi merupakan pelajaran yang diberikan hanya untuk mengetahui dan menghafal susunan urutan tinggakt kategori dalam klasifikasi. Tentu saja kenyataan ini sangat membebani dan akibatnya tidak banyak yang berminat dalam ilmu ini. Jika saja ilmu ini diajarkan dengan berdasarkan pedoman maka ia akan menjadi menarik, mulai dari memahami asas taksonomi yang merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam menyelengrakan taksonomi, lalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menyesuaikan kinerja taksonomi dalam bidang apa saja, dan mewujudkan peran fungsi taksonomi dalam kehidupan sehari-hari.   

Follow Me, and Check again..? 
 
28 Januari 2014

Komentar

Posting Komentar